Kamis, 16 Februari 2012

“cermin”

....lalu rona bahagia tetap tak berwajah
Retak cerminku pantulkan cahayamu
Gemuruh rindu dalam bingkai angkuh
Simpuh sipu mengalun merayu
Inilah dendang rintih pengakuanku
Bukan takut acuhmu karena cintamu melebihi perhatianku
Bukan takut paling mukamu karena ramahmu melebihi  alunan puji sanjungku
Bukan takut marahmu karena sayangmu melebihi kasihku
Bukan takut bencimu karena pintu maafmu melebihi rasa bersalahku
Yang  aku takut peng-Aku-anku  di hadapanmu

Rabu 1 desember 2004

Rabu, 15 Februari 2012

jelang keharusan

tiga puluh lima aku berujar ku tunggu di simpang jalan
tiga puluh lima aku berangan ku temukan jalan itu
tiga puluh lima aku bermimpi jalan itu sudah pasti
tiga puluh lima aku berharap itu bukan angan belaka
tiga puluh lima aku rangkai puing berserak
tegakan menara nirwana lewat setapak do’a
6 pebruari 2012

Rabu, 08 Februari 2012

Dayang


Gelari tikar ujar
Dalam redup lentera ajar
Gagahi lekuk dengan pijar
Dalam kidung kearifan
Tuk rajut serat tenun kehidupan


Gamang kuraba
berat ku rasa
alunan karsa
belai jiwa
mimpiku mati
mimpiku tak tergali
mimpiku tuli
mimpiku rapuh tak berkaki

desember terkapar dalam timbunan dendam
semakin dalam
semakin kelam
semakin tenggelam di tengah pusaran
bukan hitam bukan putih
sujud tak bermaksud
sembah tak berarah
di hadapan mereka kau akukan dirimu
di depanku kau tikam ayat ayatku
kau ludahi serambiku
desember 2005


sunyi panggilkan aku mimpi
hiburlah dengan anganmu
bimbing rindu ini dengan menara rayumu
hangatkan tungku malam
dengan aroma hasrat cemburu
payng kesunyian jadilah atap gundahku
desember 2004

akhiran ku kau wajahku
akhiran nya kau wujudnya
akhiran mu kau akumu
akhiran kah mengertikah
akhiran i kau ludahi
akhiran lah berakhirlah
ke belakang kupandang
ke depan ku terawang


rancak alunan rindu
rona aura sendu
riang membias kalbu
rupa hadirkan pesona

belantara sangka

kau gelap pekat lahirkan bintang
embun urung menatap siang
kau cakrawala tak bersangka
kau gariskan arti bijaksana
aku mimpi kau adalah wanita